Tentang "Kesibukan & Ambisi"


Image from Google

Setelah kemarin aku melakukan survei kira-kira apasih yang orang lain ingin tahu dariku, aku mendapatkan rekomendasi topik untuk ditulis hari ini, sebenarnya banyak yang ingin aku tulis namun kontennya mungkin sedikit berat sehingga aku harus benar-benar mencari waktu luang agar bisa menyajikan tulisan yang berbasis data dan dapat memperkuat bagian-bagian opiniku. 

Sebenarnya aku sadar bukan hanya di media sosial saja orang-orang mungkin penasaran dengan semua kesibukkanku, di dunia nyata juga tidak jarang aku menemukan orang-orang yang menanyakan hal yang serupa, kadang juga ada yang sharing dan menanyakan apasih tips dan triknya. Well said, I don't have any tricks or tips in here...

"Gimana sih caranya biar bisa bagi waktu kayak kamu? Aku kuliah aja rasanya udah keteteran"
"Kok bisa ya kuliah di Kedokteran tapi aktif dimana-mana? Rahasianya apa?"
"Coba bagi dong tips dan trik biar bisa berprestasi kaya kamu, organisasi dapat, kuliah juga dapat."

Hal pertama yang harus digarisbawahi adalah terutama untuk pertanyaan ketiga yang sering aku dapatkan, bahwa aku ternyata belum sehebat teman-temanku yang ada diluar sana, bahkan aku dapat bilang bahwa semua pencapaianku masih belum ada apa-apanya dibandingkan mereka. Kadang aku minder untuk share postinganku terutama tentang pencapaian-pencapaianku, duh gimana yaa, teman-temanku diluar sana ada yang menang lomba sampe ke Korea, ada juga yang Mawapres Utama, pembicara di seluruh Indonesia, Founder, dan lain sebagainya. Apa yang bisa aku banggakan sedangkan mereka saja sudah jauh diatasku? Itu yang selalu ada di pikiranku. Namun, aku berusaha untuk tetap stay positive and spread the happiness, karena aku tahu bahwa aku memiliki tanggungjawab untuk menginspirasi orang-orang disekitarku.
Kenapa sih aku begitu sibuk dengan organisasi maupun kegiatan lainnya? Kalian pasti mengira aku sering bolos kuliah. Tidak, sesibuk apapun aku dengan organisasi maupun aktivitas lainnya, aku tetap mengutamakan kuliah, kok. Kecuali jika memang hal tersebut mendesak untuk membuat aku bolos kuliah, seperti saat aku mengikuti conference di Malaysia kemarin, itupun karena kuliah yang diundur ke hari Sabtu sehingga aku terpaksa tidak bisa hadir. Tetapi yang namanya mencapai suatu hal yang besar, tentu perlu pengorbanan bukan? Tidak mungkin ada di dunia ini, ketika kita ingin mendapatkan sesuatu yang besar kita tidak melakukan pengorbanan, paling tidak kita berkorban waktu dan tenaga. 

Bagi orang-orang yang berada di dekatku, ataupun sudah lama kenal denganku, tentu mereka sangat paham bahwa aku adalah tipikal yang ambisius, bahkan sangat ambisius. Keambisiusanku ini ternyata pernah menjadi sebuah "kekurangan" yang dipaparkan dalam forum pemilihan ketua organisasi. Well, tidak masalah menurutku, toh hanya ini satu-satunya hal yang aku punya untuk memacu aku menjadi sosok yang progresif. Selain itu, secara pribadi aku sudah lama memiliki prinsip bahwa "aku harus selalu menjadi yang terbaik dimanapun aku berada", prinsip ini mulai aku pegang erat saat aku SMA kemarin dan masuk ke kehidupan kampus. Karena kemarin aku lulus sebagai "siswa terbaik" SMA Negeri 9 Pontianak, hal ini membuat aku merasa bahwa aku memiliki tanggung jawab untuk meneruskan gelar tersebut dan membuktikan bahwa memang aku adalah yang terbaik serta aku dapat membawa nama baik sekolahku. Memang, saat SMA aku sangat kekeh dengan prinsip ini, aku selalu menargetkan untuk mempertahankan juara 1 dikelas, dan karena ambisi begitu besar aku bisa mempertahankan posisi tersebut hingga lulus, ditambah lagi aku yang sering mengikuti berbagai macam lomba sehingga hal ini yang membuat jiwa ambisiusku semakin menjadi-jadi. Dorongan ini yang selalu membuat aku terus mempertahankan apa yang menurut aku pantas dipertahankan, apapun yang terjadi. 

Lalu gimana sih bisa sibuk banget?
Aku mulai belajar sibuk saat masih SMA dulu, ya bangku SMA sangat banyak memberikan aku pengalaman berharga. Aku menjabat sebagai ketua OSIS 2 tahun berturut-turut, ditahun kedua menjabat aku merangkap sebagai ketua di 3 eskul, dan ikut meng-handle 2 eskul lainnya. Ditambah lagi OSIS selalu disibukkan dengan seminar dan pelatihan, ini yang membuat aku sangat senang untuk tidak masuk kelas hahaha. Semuanya terbentuk melalui kebiasaan, hingga akhirnya lulus dari SMA aku mencari kesibukkan lain dengan mengikuti ajang Duta Lingkungan Hidup Kota Pontianak tahun 2015, dan hanya terhenti di 10 besar. Namun, disinilah menjadi batu loncatanku untuk aktif dalam dunia lingkungan dan akhirnya aku bergabung di Earth Hour Pontianak menjadi volunteer. Menurutku, berorganisasi di dunia luar justru memberikan aku manfaat yang sangat besar dan berbeda saat OSIS dulu. Aku semakin senang mengikuti kegiatan volunteering dan bergabung di komunitas lainnya. Hingga aku bertemu dengan komunitas Hilo Green Community Pontianak, Khatulistiwa English Community, dan kegiatan-kegiatan kepemudaan yang saat itu sangat banyak sekali. 

Saat masuk ke kampus, aku tak tanggung-tanggung mengikuti 2 Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yaitu seni dan kepenulisan ilmiah karena aku senang di dua hal ini, ditambah dengan kepanitiaan-kepanitiaan yang ada baik di himpunan, BEM, maupun UKM keagamaan. Tentu saat itu aku kewalahan membagi badan. Meskipun lelah, namun aku senang hal itu. Inikah yang namanya  passion?

Selain selalu berusaha menjadi yang terbaik, aku juga selalu berusaha untuk menjadi orang yang multitasking dan harus bisa melakukan apapun meskipun pada kenyataannya hanya terbatas pada beberapa kemampuan saja. Menurutku hal ini penting karena kita akan bernilai lebih disaat kita mampu melakukan apa yang orang lain tidak mampu lakukan, iya kan?
Sejujurnya aku bingung bagaimana caranya aku menjelaskan caraku untuk berbagi waktu antara kuliah, organisasi, dan prestasi. Karena menurutku hal yang aku alami selama ini adalah proses pembelajaran hasil percobaanku sendiri. Aku mencoba, jika gagal maka aku akan ulangi dan perbaiki, tapi jika berhasil akan aku terus lanjutkan dan tingkatkan. Hal yang selalu aku tekankan baik saat memberi materi maupun sharing dengan orang lain, bahwa :

Kita tidak bisa menjadi sama persis dengan orang lain, setiap orang punya jalannya masing-masing untuk menjadi sukses dan menjadi bisa, tinggal bagaimana usaha kita untuk mencari ataupun membuat jalan tersebut sesuai dengan kemampuan kita. Aku tidak bisa membuat orang menjadi sama sepertiku, karena tadi, setiap orang sudah memiliki jalan takdirnya masing-masing. Hanya saja, apa usaha yang kalian lakukan untuk membuat jalan takdir itu menjadi lebih baik?

Belum tentu ketika aku memberikan cara A, orang lain juga bisa melakukan hal yang sama yaitu A. Aku belajar dari banyak orang, aku memiliki orang-orang yang selalu menginspirasi aku untuk menjadi yang lebih baik. Dulu mungkin aku berpikir "aku harus jadi kayak si A, B, & C", tapi ternyata jalan yang aku lalui berbeda, tantangan yang aku hadapi berbeda, dan hasil yang aku dapatkan juga ikut berbeda. Itu karena aku mencoba segala kemungkinan yang ada, dan hasil yang terjadi akan menyesuaikan dengan kondisi kita saat ini.
Tetapi mungkin ada beberapa hal yang bisa aku bagikan dalam memanajemen diri agar menjadi lebih baik. Yang pertama adalah; memiliki goals. Kalau kita saja tidak tahu apa tujuan kita dalam hidup ini, gimana kita bisa melangkah? Mau melangkah kemana? Arahnya kemana?
Contoh yang aku lakukan : goals kuliahku adalah lulus cum laude dan menjadi mahasiswa berprestasi UNTAN. Oke, jadi aku tahu aku harus ngapain, aku harus kemana. Aku harus ikut lomba a, b, c, d. Aku harus aktif di organisasi a, b, c, d. Aku harus menjaga IPK diatas 3.5, jadi aku harus belajar yang serius, aku harus selalu duduk di barisan terdepan. 

Yang kedua. Setelah mengetahui goals, harus memiliki niat yang besar untuk mencapai goals tersebut. Manusiawi jika pada suatu saat kita merasakan down, tidak bersemangat karena sering gagal, namun jangan sampai itu memberhentikan langkah kita untuk mencapai apa yang kita impikan. Lebih baik kalian bayangkan kemungkinan terburuk apabila kalian menyerah, dan apa dampaknya. Bisa juga, kalian refreshing sejenak, merenung, pergi ke pantai atau gunung untuk menyegarkan kembali semangat kalian.

Yang ketiga. Gunakan prioritas. Sebenarnya tidak ada orang sibuk di dunia ini, yang ada hanyalah orang yang mengatur prioritasnya. Tentu kita harus bisa menimbang mana prioritas yang lebih penting, organisasi, kuliah, atau apa? Untuk aku sendiri, prioritas itu bersifat fleksibel dan bergantung pada urgensinya masing-masing. Kadang organisasi aku prioritaskan dibanding kuliah (mengerjakan tugas), kadang sebaliknya. Bergantung seberapa pentingkah dan seberapa gawat salah jika salah satu ditinggalkan. Apabila yang satu masih bisa ditunda, maka kita dapat mengejar hal yang lain untuk diselesaikan lebih dahulu.
Ini yang penting, bahwa banyaknya tanggungjawab serta aktivitas akan berbanding lurus dengan banyaknya waktu yang akan tersita, baik itu waktu tidur, waktu santai, maupun waktu jalan-jalan. Kita akan banyak mengorbankan waktu dan tenaga demi menjalankan tanggung jawab di organisasi maupun kuliah. 
Pernyataan klasik yang selalu aku dengar dalam seminar motivasi; setiap orang punya 24 jam, tidak ada yang lebih tidak ada yang kurang. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan 24 jam tersebut untuk hal-hal positif dan berguna bagi banyak orang.

Faktanya, aku juga kadang bisa tidur sama seperti orang normal 7-8 jam, namun kadang aku hanya tidur 3 jam karena sibuk seharian diluar rumah, pulang kerumah langsung mengerjakan tugas hingga subuh. Semua itu bersifat fleksibel, dan tinggal bagaimana kita memanajemen prioritas tersebut. Apabila kurang penting, maka lebih baik efektifkan waktu dan segera selesaikan hal lainnya. Karena sudah terbiasa sibuk, aku merasa setiap hari dengan kesibukkan ini adalah sebuah hal rutin yang aku senangi, sehingga ketika tidak ada aktivitas akan merasa sangat tidak nyaman.

Yang keempat, dan terakhir. Jangan lupa cintai & jaga diri sendiri. Sesibuk apapun kita, tubuh memiliki hak untuk berisitirahat dan mendapatkan perlakuan yang semestinya. Meskipun kadang aku sering forsir diri, namun aku sadar bahwa tubuh yang sehat akan memudahkan kita untuk terus melakukan hal-hal produktif. Selain tubuh, pikiran dan jiwa juga butuh untuk diberi asupan "nutrisi". Secara pribadi, aku lebih senang untuk pergi ke pantai ataupun berada di tempat ramai untuk mengasingkan diri, melakukan me time dan makan makanan kesukaanku. Setelah itu baru aku kembali ke aktivitasku sehari-hari. Meskipun hanya sebentar, namun ini akan membantu menjaga kondisi kesehatan jiwa & raga kita loh.

Last but not least, kita harus tahu apa yang dapat memacu kita untuk bersemangat dalam menggapai impian. Hal itu dapat berupa motivasi, ejekan, penghinaan, maupun sebuah peristiwa yang terjadi didalam kehidupan. Bagiku, orang-orang yang menganggapku rendah, menjatuhkanku, membicarakan kejelekanku dibelakang, merupakan api utama untuk membakar ambisi ini sehingga aku akan semakin "gila" dan "nekat" untuk lebih sibuk dan menggapai pencapaian-pencapaian baru. Selain itu, sakitnya "patah hati" tidak dapat aku pungkiri menjadi alasan paling utama untuk aku menjadi seperti ini. Aku benar-benar heran dengan kekuatan patah hati ini, yang mampu membuat aku menjadi sosok yang lebih baik lagi, padahal semua yang aku lakukan hanyalah untuk mendistraksi pikiranku agar tidak sedih terus-terusan. Patah hati pertama sudah sukses mengantarkanku di titik ini, dengan semua kesibukkan dan pencapaianku, bagaimana dengan patah hati kedua yang baru-baru ini aku alami? 

Menurutku ini merupakan efek dari "merasa tidak berharga" sehingga secara pribadi aku akan berusaha untuk menunjukkan bahwa aku-lah yang paling berharga dan aku tidak serendah yang mereka pikirkan, aku akan tunjukkan bahwa aku bisa menjadi yang lebih baik bahkan terbaik daripada semua orang yang pernah ada disini. Motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik akan sangat tinggi pada fase ini. Tetapi semua orang memiliki caranya masing-masing dalam menemukan amunisi utama untuk menggerakkan ambisi untuk mencapai impian mereka. Tinggal bagaimana memanfaatkan momentum tersebut sebagai batu loncatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Sejauh perjalananku menapakki kaki di hari ini, selalu ada tantangan dan halangan yang merintangi, namun aku selalu percaya pada diriku sendiri, bahwa hanya aku yang dapat melewati semua cobaan yang ada, tidak bergantung pada orang lain. Karena aku percaya pada diriku sendiri, apapun yang terjadi adalah takdir, dan aku hanya bisa mengusahakan membuat hal yang baik terukir pada takdir itu. Aku percaya setiap orang unik dengan jalannya masing-masing, kalian hanya perlu merenenung dan mencari tahu apa sebenarnya tujuan kalian hidup di dunia ini, mau jadi apa kalian nanti, lalu apa langkah yang akan kalian lakukan untuk mencapai tujuan hidup itu? Hanya kalian yang bisa menjawabnya.

Kesimpulannya adalah, aku selalu berusaha menjadi yang terbaik dan menciptakan jalanku sendiri melalu trial and error pada setiap tantangan yang ada. Aku menemukan passionku dengan berorganisasi dan melakukan kegiatan volunteering, pencapaian-pencapaian tersebut hanyalah pemanis dan reward atas apa yang aku coba untuk belajar dan usahakan selama ini.

0 Comments