Hutanku Sayang, Hutanku Ditebang

Tas ramah lingkungan dengan eco-print

Sabtu kemarin aku baru saja mengikuti kegiatan #ForestTalkWithBlogger yang diselenggarakn oleh Yayasan Doktor Sjahrir dan The Climate Reality Project Indonesia di Hotel Ibis Pontianak, aku yang notabenenya adalah seorang yang sudah berkecimpung dalam dunia lingkungan sejak 2015 dan tergabung dalam komunitas Blogger Pontianak. Pada diskusi kali ini kembali membuat aku berpikir sejenak, bahwa masih ada PR besar yang harus diselesaikan oleh para pejuang lingkungan hidup di luar sana. Hutan merupakan aset masyarakat yang kendali penuhnya dipegang oleh negara. Butuh power yang lebih kuat bagi para aktivis lingkungan untuk mengadvokasi dan mengawasi penjagaan aset negara tersebut. 

Namun, realita yang kita hadapi saat ini, hutan kita terutama di Kalimantan semakin dibabat untuk dialih fungsikan menjadi lahan kelapa sawit. Aku yang tinggal di Kota Pontianak masih dapat menyaksikan tumbuhnya industri kelapa sawit disini, yang terpaksa memakan lahan hijau untuk digunduli dan dibakar, setelah itu ditanam bibit-bibit sawit. Meskipun notabenenya lahan tersebut milik warga yang dibeli oleh para pengusaha sawit, tetapi bayangkan untuk lahan-lahan lain yang jauh lebih besar dan bahkan tak bertuan hingga dimiliki negara diluar sana?

Berdasarkan pemaparan Ibu Amanda Katili Niode dalam #ForestTalkWithBlogger ini, perubahan suhu secara ekstrem serta fenomena bencana yang tidak biasa di beberapa bagian merupakan implikasi dari adanya global warming saat ini, sehingga solusinya adalah adaptasi dan mitigasi. Namun menurutku hal ini masih awam untuk dilakukan baik oleh pemerintah atau masyarakat itu sendiri. Dilanjutkan oleh Ibu Atiek Widayati, menjelaskan bahwa hutan berperan besar sebagai pabrik pengolah gas emisi rumah kaca salah satunya karbon yang merupakan polutan utama hasil dari aktivitas manusia. Bayangkan bahwa 1 ekosistem hutan dapat menyerap 200 ton karbon/Ha, apabila hutan ditebang maka hilanglah 200 ton penyerapan tersebut, atau buruknya apabila hutan tersebut terkonversi menjadi semak maka ia hanya memiliki kapasits 15 ton karbon/ha.

Mari kita lihat saat ini, dunia kita yang sekarang kita tinggal, sudah pasti produksi emisi gas rumah kaca semakin besar meningkat setiap detiknya. Kendaraan, hewan-hewan pemamah biak, aktivitas batu bara, dan lainnya, ini merupakan faktor-faktor penyumbang gas emisi rumah kaca yang dekat dengan kehidupan modern kita saat ini. Lalu apa? Hutan-hutan kita ditebang, dialih fungsikan menjadi lahan sawit atau menjadi pemenuh kebutuhan lahan tempat tinggal oleh manusia. 

Sebenarnya bukan hanya manusia yang akan dirugikan dalam hal ini, manusia mungkin tidak menyadari 100% dampak hilangnya hutan tersebut. Namun satwa-satwa liar yang habitatnya hilang, mereka adalah korban pertama dari konversi lahan saat ini. Orang utan telah kini telah berstatus Endangered/EN (terancam punah) menurut IUCN (lembaga konservasi dunia). Padahal seperti yang kita ketahui bahwa orang utan merupakan satwa payung dan memiliki peran besar dalam menjaga kesuburan hutan. 

Kemudian apa? Saat ini menurutku kita hanya tinggal menunggu panen hasil dari hilangnya hutan-hutan kita. Kalimantan mungkin tidak akan dijuluki sebagai paru-paru dunia lagi, hilir lautan semakin mendangkal akibat adanya sedimentasi lumpur karena hutan yang hilang di bagian hulu, tanah longsor akan menjadi bencana yang tidak dapat dicegah, bumi semakin panas, dan tentu kondisi udara yang buruk akan memberikan dampak kesehatan yang buruk pula bagi manusia. 

Mungkin, bagi kita yang tidak memiliki kekuatan besar untuk melawan ataupun mengembalikan hutan kita kedalam kondisi terbaik, kita masih bisa melakukan hal kecil tentang itu. Dengan kita mengambil aksi untuk mengkampanyekan hal ini juga merupakan kontribusi serta kepedulian kita terhadap hutan itu. Selain itu, menggunakan produk-produk ramah lingkungan, mendukung UKM yang memberdayakan bahan-bahan hutan untuk ekonomi kreatif, menanam pohon disekitar kita, menerapkan gaya hidup ramah lingkungan merupakan solusi-solusi alternatif lain yang direkomendasikan dalam #ForestTalkWithBlogger kali ini yang mungkin dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari kita. Jangan lupa kunjungi www.lestarihutan.id atau www.yayasandoktorsjahrir.id untuk mendapatkan informasi lebih lanjut ya!

Foto bersama #ForestTalkWithBlogger

0 Comments