Kota
Khatulistiwa kali ini menjadi saksi lahirnya agen-agen baru yang
terlatih untuk memperjuangkan Pancasila dan Indonesia. Kali ini aku
terpilih menjadi salah satu dari 40 orang yang beruntung untuk mengikuti
pelatihan selama 4 hari ini. Juru Bicara Pancasila adalah sebuah
program pelatihan yang diusung oleh Komunitas Bela Indonesia (KBI) yang
akan dilaksanakan di 25 provinsi seluruh Indonesia hingga bulan Desember
2018. Pada pelatihan session ke-6 di Kota Pontianak, KBI bekerja
sama dengan komunitas Suar Asa Khatulistiwa (SAKA). Peserta yang hadir
pada pelatihan kali ini berasal dari berbagai daerah, agama, golongan,
organisasi, profesi, dan lainnya. Disini, aku meraskaan sesuatu yang
berbeda, namun menyenangkan. Kenapa? Karena orang-orang yang berkumpul
disini adalah orang-orang yang memiliki pemikiran sama sepertiku,
memiliki kegelisahan yang sama, dan memiliki visi yang sama. Mereka
adalah orang hebat yang bahkan sudah bergelut dalam menciptakan
perdamaian dan membela Pancasila di Kalimantan Barat.
Pemateri
dalam kegiatan ini terdiri dari tim KBI Pusat yaitu Nurul Huda Maarif,
Sholehudin A. Aziz, dan Indriyatno
Banyumurti didampingi dengan seorang fasilitator KBI Pusat M. Isnur dan
teman-teman SAKA. Kegiatan ini diisi dengan materi, diskusi, praktek
berdebat dan menulis, manajemen media sosial, serta menyusun rencana
kerja kedepan sebagai sebuah komunitas. Sesi diskusi adalah sesi yang
sangat berharga dan sangat menarik menurutku, bayangkan kita bisa
berbicara memandang dari berbagai perspektif agama didalam sebuah forum
dengan santai dan tetap dalam suasana kekeluargaan. Alhasil, banyak
sekali pengetahuan baru yang membentuk perspektifku untuk melihat semua
hal secara lebih luas lagi. Terutama mengenai Pancasila, yang bukan
hanya dibuat untuk satu agama, namun ternyata Pancasila mencakup semua
agama. Aku belum pernah berada di diskusi yang sangat seru seperti
kemarin.
Sesi yang dibawakan oleh Nurul Huda Ma'arif |
Setelah
mengikuti kegiatan ini, aku menyadari maksud Tuhan menciptakan manusia
berbeda-beda seperti ini. Aku terpacu untuk mendalami ilmu agama yang
aku jalani saat ini, ya selain untuk memahami fenomena-fenomena logical fallacy
yang berlindung dibelakang dalil-dalil agama, juga karena aku merasa
bahwa aku termotivasi dengan keberagaman agama yang ada disekitarku. Ada
satu momen dimana kami berdoa bersama saat gempa kembali mengguncang
Palu, rasanya begitu berbeda, aku tak pernah berada di dalam suasana
begitu khidmat dan aku perhatikan semua orang berdoa dengan caranya
masing-masing, haru rasanya.
Aku
heran dengan orang-orang diluar sana yang berusaha menghilangkan bahkan
menghancurkan keberagaman yang ada di Indonesia saat ini, mereka
golongan "keras" baik yang mengatasnamakan agama, kepentingan kelompok,
motif ekonomi, dll. Kenapa mereka senang menebar ketakutan didalam
masyarakat? Yang paling nge-trend saat ini, hoaks dan ujaran
kebencian dimana-mana. Apa yang ada di pikiran mereka? Apa memang jempol
lebih berpikir cepat dari pada "otak" sehingga tidak mampu untuk
memilah informasi/menyebar sesuatu yang positif?
Pada
akhirnya, aku menyadari bahwa PR-ku, dan teman-teman pejuang perdamaian
lain sangat berat, karena kita harus melawan saudara kita sendiri.
Belum lagi kita harus berjuang mempertahankan Pancasila & Indonesia
dari rongrongan dunia luar. Percayalah kawan, ketika Pancasila hilang
dari bumi pertiwi, maka tunggulah Indonesia hanya menjadi sebuah cerita
sejarah di buku-buku pelajaran sekolah. Pancasila adalah nilai final,
yang dapat menyatukan semua keberagaman kita, di tanah yang bernama
Indonesia.
#KBIPancasila
#KBIKalBar
Peserta KBI Pontianak |
0 Comments