Demokrasi Plastik

www.sciencemag.org

Untuk para pembaca yang budiman, yang sudah dengan tulus mengunjungi web ini, sejujurnya tulisan kali ini tidak sedang membahas tentang politik ataupun kawan-kawannya, tetapi tulisan kali ini akan bercerita tentang tantangan polusi plastik yang mungkin jarang kita dengar. Apa itu? Tepatnya mikroplastik. Mungkin bagi kalian merasa bahwa isu plastik itu-itu saja, berkutat dalam pencemaran lingkungan dan polusi tanah. Namun, apakah kalian tahu bahwa saat ini polusi plastik tidak hanya sesempit itu? Bahkan apakah kalian percaya bahwa kalian secara tidak sadar mengkonsumsi polutan plastik? Nah, tantangan baru yang terjadi saat ini adalah hasil dari degradasi plastik-plastik sisa penggunaan manusia yang mulai menjadi kekhawatiran para peneliti maupun aktivis lingkungan, karena hasil degradasi plastik yang menjadi lebih kecil atau disebut mikroplastik sudah membuat manusia secara langsung terpapar oleh plastik. Tentunya ini memberikan ancaman bagi populasi manusia. 

Dead birds filled with plastic
Secara global, lebih dari 330 juta metrik ton plastik terproduksi setiap tahunnya, dimana hal ini memberikan potensi sebagai sumber dari polusi mikroplastik di sekitar kita1 dan diestimasikan sekitar 12.7 juta ton plastik berakhir di lautan dan samudra.2 Apa saja sumber mikroplastik? Pada umumnya sangat kita kenal, yaitu berasal dari sebagian besar barang-barang plastik tidak didaur ulang atau dibakar ketika dibuang. Sampah-sampah plastik yang berakhir di TPA atau di sungai dan samudra di mana secara berangsur-angsur terurai menjadi bagian dan partikel yang lebih kecil dan lebih kecil. Mikroplastik sendiri didefinisikan sebagai potongan plastik berdiameter 5 mm atau kurang.3



Setiap tahunnya manusia menggunakan plastik hingga sebanyak 78 juta ton. Dari jumlah tersebut, hanya dua persen saja yang dilakukan daur ulang dan sebanyak 32 persen diketahui masuk ke dalam ekosistem darat yang kemudian masuk ke dalam laut. Sementara, sisanya diolah secara bervariasi untuk kebutuhan manusia lagi.4 Mikroplastik sudah pasti merusak dan mengganggu kehidupan laut, biota-biota laut yang keliru menganggap mereka sebagai makanan, dan dapat dikonsumsi oleh manusia juga melalui makanan laut, air keran atau makanan lainnya. Risiko bagi manusia memang saat ini masih belum diketahui, tetapi ada kekhawatiran bahwa mikroplastik dapat mengakumulasi bahan kimia beracun didalam tubuh dan yang paling kecil bisa masuk ke aliran darah.5

stephenleahy.files.wordpress.com
Bayangkan bahwa mikroplastik ini dapat terurai menjadi nanopartikel, lebih kecil daripada plankton dan termakan olehnya. Ikan-ikan ataupun makhluk lain memakan plankton, dan terus terjadi rantai makanan hingga mencapai puncaknya, bisa jadi berakhir di manusia. Partikel plastik tersebut terus terbawa dan akan terus terakumulasi karena kuantitas dari plankton atau ikan tercemar yang termakan pada predator akhir. Ada studi yang membuktikan bahwa mikroplastik dapat menimbulkan gangguan endokrin pada ikan, mempengaruhi kemampuan reproduksi mereka dan sistem hormon vertebrata maupun invertebrata.3

Bahkan sudah ada penelitian bahwa bahwa mikroplastik bisa masuk ke dalam ekosistem kita lewat nyamuk dan hewan-hewan terbang lainnya. Hal ini dipantau berdasarkan aktivitas larva nyamuk yang ternyata menelan mikroplastik, kemudian berpindah ke dalam tubuh nyamuk dewasa. Ini menunjukkan, hewan-hewan lain yang memakan nyamuk itu sekaligus akan menelan mikroplastik tadi6, dan rantai makanan ini akan terjadi hingga akhirnya mikroplastik tersebut terakumulasi banyak di konsumen tingkat akhir dalam piramida makanan.

www.mongabay.co.id
Meskipun hanya dipermukaan tanah, hasil uraian produk polusi plastik ini dapat mengalir masuk ke sungai saat hujan, dan jikalau tidak mengalir masuk ke sungai juga akan tetap memberikan dampak lingkungan baik dalam rantai makanan terestrial keseluruhan maupun sebagian. Jadi tidak hanya dampak bagi ekosistem di laut saja, namun juga dapat mempengaruhi kehidupan makhluk di daratan. Meskipun hanya sedikit yang diketahui tentang efek pada tanaman atau pada rantai makanan yang lebih luas, penelitian menunjukkan bahwa cacing tanah yang terpapar mikroplastik di tanah telah meningkatkan peradangan usus, pertumbuhan yang lebih lambat dan kematian yang lebih tinggi.1

Saat ini mungkin para peneliti masih sulit untuk membuktikan seberapa besar dampak dari mikroplastik terhadap kesehatan manusia. Tetapi manusia saat ini sudah pasti telah terpapar oleh mikroplastik. Partikel terkecil dari plastik yang dapat dianalisis dalam penelitian baru-baru ini berukuran 63 mikron, kira-kira lebar rambut manusia. Tapi tentu saja mungkin lebih banyak partikel plastik yang berukuran lebih kecil, dan apabila mikroplastik tersebut terlalu besar untuk diserap oleh sel-sel kita, nah maka ketika mikroplastik tersebut terfragmentasi dalam kisaran ukuran nanometer, mungkin mereka dapat diserap dalam sistem sirkulasi atau masuk ke organ-organ tubuh kita.1, 5

Adanya ancaman mikroplastik mungkin tidak banyak terpikirkan oleh orang-orang, namun mengingat bahwa plastik pada dasarnya memang dapat terdegradasi tetapi dalam jangka waktu yang lama, memang tidak menutup kemungkinan untuk fragmen-fragmen degradasinya menyebar dan memberikan dampak terhadap lingkungan dan makhluk hidup dengan cara yang lebih mengerikan. Bahkan mikroplastik ini diduga dapat menjadi polusi udara dan terharu oleh manusia mengingat bahwa hampir semua aspek kehidupan menggunakan plastik dan tentu gesekan maupun produk terurai dalam bentuk kecil dapat melayang di udara. 

indiatoday.in
Oleh karena itu, rasanya sudah tidak ada alasan lagi untuk kita mengurangi penggunaan plastik di kehidupan kita sehari-hari. Mungkin kalian bingung dengan cara seperti apa dan yang mudah, cukup dengan mengurangi penggunaan sedotan (karena sedotan adalah presentase sampah plastik terbanyak yang mencemari lingkungan) dengan menggantinya menggunakan sendok atau sedotan stainless steel yang saat ini banyak dijual di toko online, membawa botol minum sendiri, menggunakan reusable bag, diet kantong kresek, dan hal kecil lainnya yang tentu akan memberikan dampak besar terhadap lingkungan. 

Sedotan stainless steel
Di akhir tulisan ini, saya hanya ingin menjelaskan kenapa saya menggunakan Demokrasi Plastik sebagai judul dari tulisan ini. Melihat dari permasalahan mikroplastik yang terjadi, saya berpikir bahwa polusi plastik ini mirip-mirip dengan prinsip demokrasi; dari manusia, oleh manusia, dan untuk manusia. Hal ini tentu miris, karena ternyata semua kerusakan yang terjadi akan kembali ke manusia dalam ancaman yang lebih buruk. Apabila kita tidak mencoba untuk menghentikan semuanya, maka populasi manusia akan terkena dampak-dampak negatif akibat kerusakan yang mereka buat sendiri. Oleh karena itu, mari kita jaga lingkungan kita :)

Sumber :

  1. It's not just the oceans: Microplastic pollution is all around us
  2. Understanding microplastic pollution from the source
  3. Wastewater treatment plants – a surprising source of microplastic pollution
  4. Air Laut Indonesia Sudah Terpapar Mikroplastik dengan Jumlah Tinggi, Seperti Apa?
  5. Microplastic pollution in oceans is far worse than feared, say scientists 
  6. Larva Nyamuk Sebarkan 'Polusi Mikroplastik' ke Rantai Makanan  

0 Comments